PEMANFAATAN PURUN TIKUS (Eleocharis dulcis) SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN SERAT DENGAN KEMPA PANAS

GRESIA DAME RIANTI TINDAON, 1414071042 (2019) PEMANFAATAN PURUN TIKUS (Eleocharis dulcis) SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN SERAT DENGAN KEMPA PANAS. FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS LAMPUNG.

[img]
Preview
File PDF
ABSTRAK.pdf

Download (162Kb) | Preview
[img] File PDF
SKRIPSI FULL.pdf
Restricted to Hanya staf

Download (2273Kb)
[img]
Preview
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Download (2273Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam dengan kekayaan yang melimpah dan manfaatnya bisa dirasakan oleh semua pihak. Pengelolaan hutan selama ini tidak mampu mempertahankan kondisi hutan yang terlihat dari tingginya tingkat deforestasi dan degradasi hutan. Konsumsi penggunaan kayu tidak terpenuhi lagi sehingga diperlukan solusi dengan mencari bahan baku pengganti (substitusi) kayu menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan mudah ditemukan. Salah satu alternatif menggantikan serat kayu adalah purun tikus (Eleocharis dulcis). Purun tikus adalah tumbuhan liar yang dapat beradaptasi dengan baik pada lahan rawa pasang surut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisis papan serat dari purun tikus, mengetahui perlakuan terbaik berdasarkan sifat fisis papan serat purun tikus, dan mengetahui mutu papan serat berdasarkan syarat khusus penampilan pada SNI 01-4449-2006. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2018 di Lab. Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial 2 faktor. Faktor 1 adalah pemberian kadar perekat tapioka dengan 4 taraf perlakuan yaitu sebesar 0%, 10%, 20%, dan 30%. Faktor 2 adalah pemberian beban tekanan menggunakan kempa panas dengan 2 taraf perlakuan yaitu sebesar 5 MPa dan 8 MPa. Tumbuhan purun tikus dikeringkan di bawah sinar matahari hingga mencapai kadar air sekitar 12%. Purun tikus kering kemudian dipotong-potong dengan ukuran 1-2 cm, lalu direndam selama 1 minggu dan diblender hingga menjadi bubur atau pulp. Sebanyak 100 g pulp kemudian dicetak menggunakan kempa panas ke cetakan berdimensi 10cm x 10cm. Parameter yang diamati adalah sifat fisis papan yang meliputi kerapatan, kadar air, daya serap, dan pengembangan tebal serta mutu papan berdasarkan penampilan papan serat dengan mengacu pada SNI 01-4449-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa perekat menghasilkan papan serat purun tikus dengan kerapatan rendah, sedangkan perlakuan dengan perekat (10%, 20%, dan 30%) menghasilkan papan serat purun tikus dengan kerapatan sedang (PSKS). Papan serat dengan nilai kadar air 9,14 – 15,45 % untuk tekanan 5 MPa dan 9,73 – 14,37 % untuk tekanan 8 MPa, nilai daya serap air (setelah perendaman 2 jam) 83,91 – 122,82 % untuk tekanan 5 MPa dan 59,80 – 192,77 % untuk tekanan 8 MPa, nilai daya serap air (setelah perendaman 24 jam) 86,84 – 233,37 % untuk tekanan 5 MPa dan 136,67 – 253,45 % untuk tekanan 8 Mpa. Papan serat yang dihasilkan memiliki nilai kerapatan 0,43 – 0,72 g/cm³ untuk tekanan 5 MPa dan 0,47 – 0,84 g/cm³ untuk tekanan 8 Mpa, sehingga dapat dikategorikan sebagai PSKS. Papan serat yang dihasilkan memiliki nilai untuk tekanan 8 MPa, sehingga dapat dikategorikan sebagai PSKS tipe 25. pengembangan tebal 6,97 – 47,06 % untuk tekanan 5 MPa dan 10,85 – 36,71 % untuk tekanan 8 MPa, sehingga dapat dikategorikan sebagai PSKS tipe 25. Berdasarkan mutu penampilan papan, maka perlakuan tanpa perekat menghasilkan presentase papan mutu A 50% dan mutu C 50%. Perlakuan dengan kadar perekat 10% menghasilkan presentase papan mutu C 100%. Perlakuan dengan kadar perekat 20% menghasilkan presentase papan mutu C 83,34 % dan mutu D 16,67%. Sedangkan perlakuan dengan kadar perekat 30% menghasilkan presentase papan mutu B 16,67% dan mutu C 83,34%. Kata Kunci: Kempa Panas, Papan Serat, Perekat Tapioka, Purun Tikus, Sifat Fisis Forest is one of the natural resources with abundant wealth and its benefits can be enjoyed by all parties. Forest management has so far been unable to maintain the condition of the forest as seen from the high rates of deforestation and forest degradation. Consumption of wood is not fulfilled anymore so that a solution is needed by finding substitute for wood using materials that are environmentally friendly and easy to find. One alternative to replacing wood fiber is mouse purun tikus (Eleocharis dulcis). Purun tikus is wild plant that can adapt well to swamp land. The purpose of this study was to determine the physical properties of fiber board made from purun tikus, to find out the best treatment based on the physical properties of purun tikus fiber board, and to know the quality of fiber board based on the specific appearance required in the SNI 01-4449-2006. This research was conducted in August - November 2018 in the Lab. Power and Agricultural Machinery, Agricultural Engineering Department, Faculty of Agriculture, the University of Lampung by using a Factorial Completely Randomized Design 2 factors. Factor 1 is the tapioca addition as binder with 4 level treatments, namely 0%, 10%, 20%, and 30%. Factor 2 is pressure load application using hot press with 2 treatment levels, namely 5 MPa and 8 MPa. Purun tikus was dried under the sun to reach a moisture content of around 12%. Dry purun tikus was cut into pieces with a size of 1-2 cm, then soaked for 1 week and blended until it becomes pulp. A total of 100 g of pulp is then molded using hot press with mold dimensions of 10cm x 10cm. The parameters to be observed included the physical properties of the board which included density, moisture content, water absorptivity, and the thick swelling, and board quality based on the appearance of the fiber board with reference to SNI 01-4449-2006. The results showed that the treatment without binder produced low-density fiber boards, while the treatment with adhesives (10%, 20%, and 30%) produced fiber boards with moderate density (PSKS). The fiber board has characteristics of moisture content 9,14-15,45% for 5 MPa pressure and 9,73 - 14,37% for 8 MPa pressure, water absorptivity (after 2 hour immersion) of 83,91 - 122,82 % for 5 MPa pressure and 59.80 - 192.77% for 8 MPa pressure, water absorptivity (after 24 hour immersion) of 86.84 - 233.37% for 5 MPa pressure and 136.67 - 253.45% for a pressure of 8 Mpa. The resulting fiber board has a density value 0.43 - 0.72 g/cm³ for a pressure of 5 MPa and 0.47 - 0.84 g/cm³ for a pressure of 8 Mpa, so that it can be categorized as a PSKS. The resulting fiber board has a thick swelling of 6.97 - 47.06% for a pressure of 5 MPa and 10.85 - 36.71% for a pressure of 8 MPa, so that it can be categorized as PSKS type 25. Based on the appearance of the board, the treatment without tapioca binder produced an A (50%) and C quality board (50%). Treatment with 10% tapioca binder produced a quality C boards (100%). Treatment with 20% tapioca binder produced a C quality boards (83.34%) and D quality boards (16.67%). While the treatment with adhesive content of 30% produces a percentage of quality board B 16.67% and quality C 83.34%. Keywords: Fiber Board, Hot Press, Physical Properties, Purun Tikus, Tapioca Binder

Jenis Karya Akhir: Skripsi
Subyek: 600 Teknologi (ilmu terapan) > 630 Pertanian dan teknologi yang berkaitan
Program Studi: Fakultas Pertanian dan Pascasarjana > Prodi Teknik Pertanian
Pengguna Deposit: UPT . Desi Zulfi Melasari
Date Deposited: 30 Mar 2022 06:28
Terakhir diubah: 30 Mar 2022 06:28
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56814

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir