NURUL SAHANA RAHMADHINI, 1218011116 (2016) UJI DIAGNOSTIK KECACINGAN ANTARA PEMERIKSAAN FESES DAN PEMERIKSAAN KOTORAN KUKU PADA SISWA SDN 1 KRAWANGSARI KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN. FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
ABSTRAK (ABSTRACT).pdf Download (38Kb) | Preview |
|
|
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (1026Kb) | Preview |
|
File PDF
SKRIPSI FULL.pdf Restricted to Hanya pengguna terdaftar Download (1088Kb) |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
ABSTRAK Latar Belakang: Kecacingan terjadi diawali dengan tertelannya telur atau masuknya larva yang infektif ke dalam kulit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tertelannya telur cacing berkaitan dengan higinitas yaitu kuku yang panjang dan tidak terawatakan. Pemeriksaan kotoran kuku akan dibandingkan dengan pemeriksaan gold standard untuk mengetahui nilai sensitivitas pemeriksaan kotoran kuku. Metode: Penelitian ini bersifat analitik komparatif dengan pendekatan crossectional. Subjek penelitian terdiri dari 58 siswa dengan mengambil sampel feses dan kotoran kuku. Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode apung dan pemeriksaan kuku dilakukan dengan metode sedimentasi. Hasil: Angka kejadian kecacingan menggunakan bahan pemeriksaan feses sebesar 56% dan angka kejadian kecacingan menggunakan bahan pemeriksaan kotoran kuku sebesar 24,1%. Berdasarkan uji Mc-nemar didapatkan nilai p sebesar 0,02 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara pemeriksaan kotoran kuku dan pemeriksaan feses. Nilai sensitivitas dan spesifisitas sebesar 18,2% dan 68%. Nilai duga positif sebesar 42,8% dan nilai duga negatif sebesar 43,1%. Kesimpulan: Hasil pemeriksaan kuku dengan pemeriksan feses secara statistik terdapat perbedaan. Nilai sensitivitas didapatkan rendah, sehingga pemeriksaan kotoran kuku tidak mampu disetarakan dengan pemeriksaan feses. Kata kunci: kecacingan, pemeriksaan feses, pemeriksaan kuku, diagnosis . ABSTRACT Background: Wormy happening begins with ingestion of eggs or the entry of infective larvae into the skin. Several factors can affect swallowing worm eggs associated with hygiene that long nails and not unkempt. STH infection diagnosis can be confirmed with the discovery of worm eggs in stool examination. Examination of the nails be compared with gold standard in the worm infection to know sensitivity examination of thr nails. Methods: This study is analytic comparative with cross sectional approach. Subjects consisted of 58 students be take a stool and nail sampel. Stool examination is examined by floating method and nail samples are examined by sedimentation methode. Results: : The helminthiasis incidence of stool sampel is 56% and with nail sampel is 24,1%. Based on Mc-nemar test obtained a value of 0,02 is there is a significant difference between the nail examination with stool examination. Sensitivity and specificity of 18,2% dan 68%. The positive predictive value of 42,8% anda negative predictive value of 43,1%. Conclusions: The result of nail examination with stool examination is a significant difference by statistic test. Sensitivity is low and so the nail examination can not synchronized with stool examination. Kata kunci: worm infection, stool examination, nail examination, diagnosis
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | > RA Public aspects of medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicine |
Program Studi: | Fakultas Kedokteran > Prodi Pendidikan Dokter |
Pengguna Deposit: | 2789128 . Digilib |
Date Deposited: | 21 Apr 2016 06:39 |
Terakhir diubah: | 21 Apr 2016 06:39 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/21788 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |