Wayan Karsini, 1712011229 (2021) KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI PADA PROSES PEWARISAN HUKUM ADAT BALI DALAM HAL ADANYA PERALIHAN AGAMA (Studi Pada Masyarakat Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan). FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
1. ABSTRAK - ABSTRACT - WAYAN.pdf Download (74Kb) | Preview |
|
File PDF
2. SKRIPSI FULL - WAYAN K.pdf Restricted to Hanya staf Download (5Mb) |
||
|
File PDF
3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN -WAYAN.pdf Download (5Mb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Masalah beralih agama pada proses pewarisan menurut hukum adat Bali merupakan hal yang sangat penting dan hal tersebut juga diatur dalam hukum waris adat Bali. Hukum waris adat Bali adalah sebuah proses penerusan atau pengoperan hak dan kewajiban dari generasi satu kepada generasi berikutnya, sehingga hak akan selalu berdampingan dengan kewajiban. Kewajiban disini adalah kewajiban yadya kepada orang tua, keluarga, leluhur serta kewajiban dalam masyarakat di desa adat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hak dan kewajiban serta akibat hukum bagi ahli waris anak laki-laki yang melakukan peralihan agama menurut hukum waris adat Bali pada masyarakat Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Lampung Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif empiris, dengan tipe penelitian bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan yuridis sosiologis. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan cara wawancara kepada Tokoh Adat, Kepala Desa, dan Parisadha Hindu Dharma Indonesia dan data sekundernya diperoleh dari studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan cara kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa ahli waris anak laki-laki yang melakukan peralihan agama menurut hukum adat Bali pada masyarakat Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan kehilangan hak dan kewajibannya sebagai ahli waris untuk menerima harta warisan dari kedua orang tuanya karena dianggap tidak bisa menjalankan kewajiban-kewajiban sebagaimana mestinya seperti merawat orang tua ketika tidak sehat secara fisik, mengubur atau mengabenkan (upacara pembakaran) mayat pewaris, melakukan sembah bakti kepada arwah leluhur yang bersemayam di pura (merajan) serta dianggap anak yang durhaka terhadap orang tua dan leluhurnya. Peralihan agama yang dilakukan ahli waris anak laki-laki menyebabkan adanya suatu akibat hukum yaitu kehilangan haknya sebagai ahli waris untuk menerima harta warisan dari orang Wayan Karsini tuanya atau pewaris, terputusnya hubungan kekeluargaan antara anak laki laki yang beralih agama dengan keluaraga dari pewaris dan leluhurnya serta terputusnya hak dan kewajiban-kewajiban terhadap desa adat Balinuraga tempat tinggalnya sebelum anak laki-laki tersebut melakukan peralihan agama. Kata Kunci: Kedudukan Anak Laki-laki, Pewarisan Hukum Adat, peralihan agama Religious conversion on inheritance process in accordance with Bali customary law is crucial and it is regulated in Bali inheritance law. Inheritance law is a process of transferring rights and obligations from one generation to next generation in order to balance between rights and obligations. The obligation is an obligation of vadya to parents, families, ancestors, and communities in the customary village. The problem of this research is how rights and obligations as well as son’s heir consequence who converts his religion in accordance with Balinese inheritance law in Balinuraga Village, Way Panji District, South Lampung Regency. The research is an empirically normative type with a descriptive research and sociological juridical. Data collection method are primary data obtained from interviews’ field research to Local Figure, Village Chief, and Parisadha Hindu Indonesia and the secondary data obtained from literatures review. The data were qualitatively analyzed. The research results found that son’s heir who converts religion in accordance with Balinese customary law in Balinuraga Village, Way Panji District, South Lampung Regency lost his rights and obligations as heir to receive inheritance from his parents because he was considered unable to carry out his obligations properly such as taking care of parents when they were physically sick, burying them or incineration ceremony, devoting to ancestors who were buried in the temple (merajan) and they were considered disobedient sons to their parents. The religious conversion conducted by son’s heir resulted in the loss of rights as heir to receive parents’ inheritance, families disconnection among apostate son, heir’s families, ancestors, and disconnection between rights and obligations to Balinuraga customary village where the son lived before he had converted his religion. Key Words: Customary Law, Religious Conversion, Son Status
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | 300 Ilmu sosial > 340 Ilmu hukum |
Program Studi: | Fakultas Hukum > Prodi Ilmu Hukum S1 |
Pengguna Deposit: | UPT . Meda Sulistiana |
Date Deposited: | 23 May 2022 02:08 |
Terakhir diubah: | 23 May 2022 02:08 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/61504 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |