TINGKAT SERANGAN Spodoptera frugiperda SERTA KEBERADAAN MUSUH ALAMINYA PASCA INVASI PADA TANAMAN JAGUNG DI PROVINSI LAMPUNG

Puji , Lestari (2024) TINGKAT SERANGAN Spodoptera frugiperda SERTA KEBERADAAN MUSUH ALAMINYA PASCA INVASI PADA TANAMAN JAGUNG DI PROVINSI LAMPUNG. [Disertasi]

Preview	File PDF Abstrak DISERTASI (Puji Lestari) - puji lestari.pdf Download (171Kb) | Preview
	File PDF full DISERTASI (Puji Lestari)_compressed - puji lestari.pdf Restricted to Hanya staf Download (2570Kb) | Minta salinan
Preview	File PDF full DISERTASI TANPA PEMBAHASAN (Puji Lestari) - puji lestari.pdf Download (1031Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Masuknya Spdoptera frugiperda menjadi masalah baru dalam upaya peningkatan produksi jagung. Serangan S. frugiperda yang terjadi pada seluruh fase pertumbuhan tanaman mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman jagung. Peningkatan populasi yang terjadi dengan cepat juga menjadi faktor penyebab kerusakan yang tinggi pada tanaman. Peningkatan populasi S. frugiperda di wilayah baru terjadi karena berbagai faktor diantaranya belum beradaptasinya musuh alami asli (parasitoid dan jamur entomopatogen) dalam menyerang S. frugiperda, iklim yang mendukung, dan ketersediaan tanaman inang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat serangan S. frugiperda pada tanaman jagung pasca invasi di Provinsi Lampung, menemukan parasitoid yang menyerang S. frugiperda, menemukan jamur entomopatogen S. frugiperda, dan mengetahui potensi metabolit sekunder jamur entomopatogen dalam mematikan S. frugiperda. Data tingkat serangan S. frugiperda pada tanaman jagung diperoleh dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Survei intensitas kerusakan tanaman dilakukan di Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Timur, dan Pringsewu dari tahun 2019- 2023. Eksplorasi parasitoid larva dan jamur entomopatogen dilakukan di Kabupaten Pesawaran, Pringsewu, Lampung Selatan, dan Lampung Timur pada tahun 2021-2022. Pengamatan tingkat parasitasi larva, dan isolasi, karaterisasi, identifikasi jamur, uji patogensisitas entomopatogen, ekstraksi metabolit sekunder, serta pengujian kemampuan metabolit sekunder dalam mematikan S. frugiperda dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Setiap pengujian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 5 ulangan. Data yang diperoleh dianalis ragam kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat serangan S. frugiperda di Provinsi Lampung berkorelasi positif dengan curah hujan (r = 0,45; a = 0,05). Ditemukan empat parasitoid larva S. frugiperda yaitu Senometopia illota, Genus nr. Eriborus sp., Drino (Palexorista) sp., dan Chelonus formosanus. Dua diantara parasitoid tersebut yaitu S. illota dan Genus nr. Eriborus sp. belum pernah dilaporkan memarasit S. frugiperda. Sembilan jamur entomopatogen juga berhasil diisolasi dari larva S. frugiperda terinfeksi yaitu Metarhizium rileyi, Geosmithia pallida, Penicillium citrinum, Aspergillus flavus, Cladosporium tenuissimum, Penicillium expansum, Beauveria bassiana, Sarocladium zeae 1, dan Sarocladium zeae 2. Sporulasi jamur B. bassiana lebih tinggi dibanding dengan jamur lain. Viabilitas spora jamur Cladosporium tenuissimum menunjukkan nilai tertinggi. Mortalitas larva S. frugiperda pasca aplikasi jamur entomopatogen berkisar antara 1-8% dengan mortalitas larva tertinggi pada perlakuan Sarocladium zeae 1. Penicillium citrinum mengakibatkan kekagagalan berpupa sebesar 63,33%. Metabolit sekunder jamur entomopatogen mengakibatkan mortalitas S. frugiperda sebesar 22,22 – 71,11%. Metabolit sekunder S. zeae 1 mangakibatkan mortalitas tertinggi, mebolit sekunder B. bassiana, C. tenuissimum, dan P. citrinum. Kata kunci: Jamur entomopatogen, metabolit sekunder, mortalitas larva, parasitoid larva, Spodoptera frugiperda The invasion of Spodoptera frugiperda has become a new problem in efforts to increase maize production. S. frugiperda attacks occur at all stages of plant growth, resulting in decreased maize productivity. The rapid population growth is also a factor causing significant damage to plants. The population increase in new areas is due to several factors, including the lack of adaptation by native natural enemies (parasitoids and entomopathogenic fungi) to attacking S. frugiperda, a supportive climate, and the availability of host plants. This research was conducted to determine the level of S. frugiperda attacks on corn plants post-invasion in Lampung Province, to find parasitoids attacking S. frugiperda, to discover entomopathogenic fungi of S. frugiperda, and to determine the potential of secondary metabolites of entomopathogenic fungi in killing S. frugiperda. The Plant Protection and Horticulture Agency of Lampung Province provided data on the attack levels of S. frugiperda on maize. Surveys of plant damage intensity were conducted in Central Lampung, South Lampung, East Lampung, and Pringsewu from 2019–2023. Larval parasitoids and entomopathogenic fungi were explored in Pesawaran, Pringsewu, South Lampung, and East Lampung in 2021–2022. Observations on larval parasitism rate, isolation, characterization, entomopathogenic identification, entomopathogenic pathogenicity tests, secondary metabolite extraction, and secondary metabolite tests to cause mortality of S. frugiperda were conducted at the Biotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung. Each test was conducted using a completely randomized block design (CRBD) with five replications. The obtained data were analyzed using variance analysis followed by a 5% DMRT test. The findings revealed that the level of S. frugiperda attacks in Lampung Province was positively correlated with rainfall (r = 0.45; α = 0.05). Four larval parasitoids of S. frugiperda were found: Senometopia illota, Genus nr. Eriborus sp., Drino (Palexorista) sp., and Chelonus formosanus. Two of these parasitoids, S. illota and Genus nr. Eriborus sp., have not been previously reported to parasitize S. frugiperda. Nine entomopathogenic fungi were also successfully isolated from infected S. frugiperda larvae, namely Metarhizium rileyi, Geosmithia pallida, Penicillium citrinum, Aspergillus flavus, Cladosporium tenuissimum, Penicillium expansum, Beauveria bassiana, Sarocladium zeae 1, and Sarocladium zeae 2. The sporulation of B. bassiana was higher compared to other fungi. The spore viability of C. tenuissimum showed the highest value. Larval mortality of S. frugiperda post- application of entomopathogenic fungi ranged from 1–8%, with the highest larval mortality in the treatment with Sarocladium zeae 1. Penicillium citrinum caused a pupation failure of 63.33%. The secondary metabolites of entomopathogenic fungi resulted in S. frugiperda mortality ranging from 22.22% to 71.11%. The secondary metabolites of S. zeae 1 caused the highest mortality, followed by the secondary metabolites of B. bassiana, C. tenuissimum, and P. citrinum. Keywords: entomopathogenic fungi, secondary metabolite, larval mortality, larval parasitoid, Spodoptera frugiperda

Jenis Karya Akhir:	Disertasi
Subyek:	600 Teknologi (ilmu terapan) > 630 Pertanian dan teknologi yang berkaitan
Program Studi:	FAKULTAS PERTANIAN (FP) & PASCASERJANA > Prodi S3 Doktor Ilmu Pertanian
Pengguna Deposit:	. . Yulianti
Date Deposited:	20 May 2025 07:02
Terakhir diubah:	20 May 2025 07:02
URI:	http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/87331

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir