IMPLIKASI MUNCULNYA AUKUS TERHADAP GEOPOLITIK NEGARA-NEGARA YANG TERLIBAT SENGKETA LAUT TIONGKOK SELATAN, 2021-2023

Chusnul , Amelia Wardani (2025) IMPLIKASI MUNCULNYA AUKUS TERHADAP GEOPOLITIK NEGARA-NEGARA YANG TERLIBAT SENGKETA LAUT TIONGKOK SELATAN, 2021-2023. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS LAMPUNG .

Preview	File PDF 1. ABSTRAK - ABSTRACT - Chusnul Amelia Wardani.pdf Download (182Kb) | Preview
	File PDF 2. SKRIPSI FULL - Chusnul Amelia Wardani.pdf Restricted to Hanya staf Download (2287Kb) | Minta salinan
Preview	File PDF 3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN - Chusnul Amelia Wardani.pdf Download (1759Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Sengketa di Laut Tiongkok Selatan muncul dari perbedaan pandangan tentang batas wilayah. Tiongkok mengeklaim hampir seluruh kawasan di Laut Tiongkok Selatan (LTS) secara sepihak berdasarkan sejarah. Hal tersebut memicu penolakan dari Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam karena bertentangan dengan hukum internasional. Penolakan tersebut direspons Tiongkok dengan meningkatkan aktivitasnya di LTS. Munculnya AUKUS yang bertujuan untuk mengurangi dominasi Tiongkok di LTS semakin memperburuk ketegangan. Hal ini memicu respons beragam dari negara-negara terkait, yang memengaruhi dinamika geopolitik berdasarkan kepentingan nasional masing-masing. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan explainatory yang menganalisis implikasi kehadiran AUKUS di LTS menggunakan dua konsep, yaitu konsep kepentingan nasional yang melihat dari aspek ideologi, ekonomi, dan keamanan. Konsep berikutnya adalah geopolitik yang mencakup tiga elemen turunan berupa geopolitical actors, geopolitical structure, dan geopolitical codes. Peneliti mengumpulkan data dari sumber sekunder. Peneliti menggunakan teknik analisis data menurut Alan Bryman sebagai pedoman penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kepentingan nasional masing- masing, yang mencakup aspek ideologi, keamanan, dan ekonomi, negara-negara pengeklaim di LTS menunjukkan respons yang beragam terhadap AUKUS. Hal tersebut terlihat dari perbedaan geopolitical codes masing-masing negara. Terjadi pengelompokan negara, yaitu; kelompok pro-AUKUS, yang mencakup Filipina dan Vietnam dan kelompok kontra-AUKUS, yang terdiri dari Tiongkok, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Munculnya AUKUS di LTS bersinggungan dengan prinsip internasional khususnya bagi ASEAN, yaitu Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) dan The Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN). AUKUS juga dapat dilihat sebagai struktur baru yang hadir di kawasan. Pasca munculnya AUKUS sebagai aktor eksternal memperlihatkan bahwa negara masih menjadi aktor utama dalam geopolitik di kawasan LTS. Kata kunci: AUKUS, Geopolitik, Kepentingan Nasional, Laut Tiongkok Selatan The South China Sea dispute arises from differing views regarding maritime boundaries. China unilaterally claims nearly the entire South China Sea based on historical arguments, a move that has prompted objections from claimant states such as the Philippines, Malaysia, Brunei Darussalam, and Vietnam, as these claims violate international law. In response to these objections, China has escalated its activities in the South China Sea. The emergence of AUKUS, aimed at curbing China’s dominance in the region, has further intensified tensions, eliciting diverse reactions from the involved countries and affecting geopolitical dynamics based on their respective national interests. This research employs a qualitative, explanatory approach to analyze the implications of AUKUS’s presence in the South China Sea using two main concepts. The first is national interest, which is examined from ideological, economic, and security perspectives. The second is geopolitics, encompassing three derivative elements: geopolitical actors, geopolitical structure, and geopolitical codes. Data were collected from secondary sources, and the analysis was guided by the data analysis techniques outlined by Alan Bryman. The findings reveal that, based on their respective national interests, which spanning ideology, security, and economics, South China Sea claimant states exhibit varied responses to AUKUS. These differences are reflected in each country’s distinct geopolitical codes, resulting in a clustering into pro-AUKUS which is Philippines and Vietnam and anti AUKUS which is China, Brunei Darussalam, and Malaysia. The emergence of AUKUS in the South China Sea intersects with international principles upheld by ASEAN, notably the Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) and the Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN). Moreover, AUKUS can be viewed as a new structural element in the region, demonstrating that states continue to be the primary actors in the geopolitics of the South China Sea even in the presence of external influences. Keywords: AUKUS, Geopolitics, National Interest, South China Sea

Jenis Karya Akhir:	Skripsi
Subyek:	300 Ilmu sosial 300 Ilmu sosial > 320 Ilmu politik (politik dan pemerintahan)
Program Studi:	FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) > Prodi S1-Hubungan Internasional
Pengguna Deposit:	. . Yulianti
Date Deposited:	20 Nov 2025 02:46
Terakhir diubah:	20 Nov 2025 02:46
URI:	http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/93669

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir