Brenda Nathasya S, 1755012007 (2021) PERANCANGAN PUSAT REHABILITASI DOWN SYNDROME DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU DI PROVINSI LAMPUNG. FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
abstract - brenda siahaan.pdf Download (89Kb) | Preview |
|
File PDF
new new new skripsi - brenda siahaan.pdf Restricted to Hanya staf Download (1399Kb) |
||
|
File PDF
NEW SKRIPSI BRENDA FULL_compressed (2) - brenda siahaan.pdf Download (8Mb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Down Syndrome merupakan kelainan genetic yang disebabkan oleh gagalnya materi genetik dalam memisahkan diri pada saat pembentukan gamet sehingga menghasilkan kromosom ekstra/double pada kromosom 21. Kelainan genetik yang dihasilkan dapat menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, kelainan fisik yang rentan dan khas, serta hambatan tumbuh kembang. Hasil Riset Kesehatan Dasar melalui Kementrian Kesehatan Indonesia di tahun 2013, menunjukkan prevalensi penderita down syndrome meningkat menjadi 0,13% atau sekitar 300.000 kasus di Indonesia serta memiliki peringkat kedua penyandang disabilitas terbesar di Indonesia setelah kecacatan fisik. Di Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan penyandang down syndrome yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa, Penderita down syndrome memerlukan sebuah lingkungan terpadu yang mampu mewadahi mereka agar dapat tumbuh kembang menjadi mandiri dan meningkatkan fungsi sosial serta ekonomi mereka di dalam masyarakat sehingga mereka dapat hidup mandiri tidak bergantung dengan orang lain. Untuk membangun sebuah pusat rehabilitasi bagi penyandang down syndrome memerlukan pendekatan yang tepat, hal ini dikarenakan penyandang down syndrome memiliki fisik yang rentan serta gangguan masalah perilaku. Perancangan harus mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya kenyamanan, keamanan, serta efisiensi sehingga diharapkan pusat rehabilitasi yang dirancang dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan kebutuhan penyandang down syndrome. Oleh sebab itu, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan arsitektur perilaku. Arsitektur perilaku merupakan pendekatan dengan konsep membentuk sebuah ruangan dari perilaku manusia sebagai pengguna, sehingga ruang dan desain yang tercipta dapat memenuhi kebutuhan serta mewadahi aktivitas penggunanya. Dengan menggunakan pendekatan arsitektur perilaku maka perancangan pusat rehabilitasi down syndrome dapat mewadahi seluruh kebutuhan pengguna dengan nyaman serta aman. Kata Kunci : Pusat Rehabilitasi, Down Syndrome, Arsitektur Perilaku Down Syndrome is a genetic disorder which is caused by the failure of genetic material in separation during the gamet formation so that resulting an extra or double of chromosome 21. Genetic disorder which is resulted can cause the patient to have lower intelligence level, suspective and distinctive physical disorder, and growth barrier. The research result of basic health through The Ministry of Health Indonesia in 2013 showed that the prevalence of down syndrome patient increased to 0,13% or approximately 300.000 cases in Indonesia, and placed in second rank for the largest disability patients in Indonesia after physical disability. Lampung Province showed the increasing of down syndrome patients need an integrated environment which is able to accommodate them so that they can grow to be independent and improve social and economy function in the society so they can live independently without depending themselves with others. To build a rehabilitation center for down syndrome, patients need an appropriate approach. This happens because the down syndrome patients have susceptive physical and behavior disorder. The design must consider some aspects which are the comfort, safety, and efficiency so expectedly the rehabilitation center designed can be entirely functioned as the needs of the down syndrome patients. Therefore, the approach used is the behavioral architecture approach. Behavioral architecture is an approach with a concept to build a room from human’s behavior as the users so both the room and design which is created can fulfill the needs and accommodate the activity of the users. By using the behavioral architecture approach, the design of rehabilitation center can accommodate all the users’ needs comfortably and safely Keywords : Rehabilitation Centre, Down Syndrome, Behavior Architectural
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | 600 Teknologi (ilmu terapan) > 620 Ilmu teknik dan ilmu yang berkaitan |
Program Studi: | Fakultas Teknik > Prodi S1-Teknik Arsitektur |
Pengguna Deposit: | UPT . Neti Yuliawati |
Date Deposited: | 06 Jun 2022 04:25 |
Terakhir diubah: | 06 Jun 2022 04:25 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/62615 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |